KOMPAS/HERU SRI KUMORO |
JAKARTA, KOMPAS.com - Wakil Rektor bidang Akademik dan
Kemahasiswaan Institut Pertanian Bogor (IPB) Yoni Koesmaryono
mengatakan, penyebab turunnya minat masyarakat pada program studi
(prodi) pertanian dipicu oleh dua hal. Kedua faktor tersebut adalah,
pertama, kurangnya insentif kebijakan dari pemerintah, dan kedua, harga
produk pertanian yang belum memadai.
Ia mengatakan, kurangnya
insentif kebijakan yang diberikan pemerintah membuat pemerataan
pembangunan pertanian menjadi sulit dilakukan. Hal itu, menurutnya,
berdampak pada enggannya para ahli pertanian untuk terjun ke
daerah-daerah yang seharusnya menjadi peta kekuatan membangun sektor
pertanian.
"Karena insentif kebijakan pertanian kita masih
sangat kecil. Saat ini siapa yang mau bekerja di desa, di daerah yang
tidak bisa memenuhi kebutuhan dasarnya," kata Yoni, Selasa (24/1/2012),
di Jakarta.
Berdasarkan pengalamannya, kata Yoni, kesulitan
para ahli pertanian semakin besar ketika yang bersangkutan terjun ke
daerah-daerah terpencil di luar pulau Jawa.
"Ketika masih muda
tentu tak akan sulit bekerja di daerah. Tapi ketika berkeluarga dan
punya anak maka ada kebutuhan lain yang harus dipenuhi, misalnya
pendidikan anak. Karena tak tersedia, akhirnya mereka meninggalkan
daerah tersebut. Inilah insentif yang diperlukan, bukan dalam bentuk
uang," ungkapnya.
Kedua, harga produk pertanian yang belum
memadai juga ia tuding sebagai pemicu seseorang menjadi kurang tertarik
untuk menggeluti bidang pertanian. Misalnya, rendahnya harga bahan
pangan saat ini. Menurutnya, jika tak ada subsidi pemerintah dalam hal
"kebijakan" maka ia khawatir tak ada lagi orang yang mau menggeluti
bidang pertanian.
"Nah, generasi muda yang sekarang belajar di
pertanian jadi malas, akhirnya mereka kembali ke kota ketimbang harus
bekerja di desa," ujarnya.
Yoni menambahkan, generasi muda yang saat ini tengah menempuh studi pertanian harus dibekali soft skill untuk menumbuhkan semangat berwirausaha dan kecintaan mereka terhadap peratanian.
"Harus seperti itu (soft skill),
agar generasi muda tertarik. Bayangkan, hutan kita sudah habis, tapi
enggan mempelajari ilmu menanam. Prodi perikanan juga kurang, padahal
luas laut kita lebih besar dari daratan," tandasnya.